Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Sunday, December 16, 2018

SPG Malang di Perkosa Secara Paksa


Kudekati telinga Bella, dia yang sudah ketakutan padaku, dia berusaha menjauhkan kepalanya, mungkin dikiranya aku mau menggigit telinganya. Kubisikkan sesuatu di telinga Bella, “Bella, gimana kalau kita ganti alatnya, sekarang pakai ikat pinggang saja ya”, bisikku sambil menyeringai sadis.Bella menunjukkan ekspresi terkejut setengah tidak percaya bahwa dia akan menerima siksaan yang lebih hebat. “Ampun.. lepaskan saya..” ibanya meskipun tahu aku tidak akan melepaskannya.

Setelah Itu Cerita Dewasa Terbaru Ini Berlanjut Kubuka ikat pinggangku yang terbuat dari kulit, kulilitkan sebagian pada telapak tanganku, Bella melirikku dengan ketakutan yang amat sangat, nafasnya tersenggal-senggal meskipun dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengaturnya. Mungkin dengan mengatur napas dia berharap sabetan ikat pinggangku tidak akan terlalu sakit. Kuangkat tinggi tanganku dan kuayunkan dengan keras, Bella memejamkan matanya, saat ikat pinggangku mendarat di pahanya terdengar meja yang ditiduri Bella agak berderit karena tubuh Bella secara spontan bergetar keras menahan sakit. “Ahh.. ampun.. ampun.. hahh.. hahh..” Bella berkata tersendat-sendat. Kali ini bukan hanya garis merah yang tampak, tetapi semacam jalur merah tercetak di paha Bella .

“Ceplass.. Ceplass..” sabetan ikat pinggangku semakin liar menghujani tubuh Bella . Bella sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya menggeleng ke kiri ke kanan menahan penderitaan yang kuberikan. Puas dari samping, “Bagaimana kalau pukulan yang mengarah langsung ke liang kewanitaannya?” pikirku. Lalu aku mulai menyobek CD-nya dan minta kepada dua temanku untuk melepaskan ikatan kaki Bella dan mengikatnya kembali pada posisi menekuk ke atas dan mengangkang, sehingga liang kewanitaannya terbuka lebar. Bella berusaha meronta dan menutup liang kewanitaannya dengan kakinya, namun ikatan kami cukup erat sehingga kedua kakinya tidak bisa mengatup. Persis menghadap liang kewanitaannya, aku mengelus-elusnya sambil tersenyum sinis. Bella mengangkat kepalanya dan menatapku dengan pandangan nanar.

Aku mulai menjauh, Ikat pinggang mulai kuputar-putar, lalu.., “Ceplass..” ikat pinggang itu mendarat dengan tepat di bibir liang kewanitaan Bella . Kali ini Bella meronta-ronta dengan sangat dan cukup lama, tampaknya dia sangat kesakitan, kepalanya ditengadahkan ke atas sembari mengguncang-guncangkan pantatnya di atas meja. Aku berjalan ke sampingnya, “Lagi?” tanyaku seolah tak menghiraukan penderitaannya. Bella tidak mengatakan apa-apa, kelihatannya dia sudah pasrah. Aku tersenyum penuh kemenangan, kusentuh bibir liang kewanitaannya yang tentunya masih pedih, Bella menggelinjang, tak peduli kugesek-gesekan jariku di liang senggamanya, tubuh Bella terus menggelinjang. “Sakitt.. sakitt..” gumamnya lirih.

Seolah tak peduli, kembali aku mengambil dua jepitan, dan kujepit di kedua bibir liang kewanitaan yang memerah itu. Bella menatapku dengan pandangan tak percaya akan kesadisanku. “Oke”, kataku, “Tidak ada lagi pukulan..”, Bella diam saja tanpa ekspresi, “..tapi sekarang waktunya bermain lilin”, lanjutku sambil menyunggingkan senyum. Kali ini Bella menolehkan wajahnya yang layu, berkeringat dan basah karena air matanya. Bisa kubaca dalam pikirannya, “Oh.. apa lagi yang akan diperbuatnya pada tubuhku.. malangnya nasibku..”

Karena Ini  Memang di kamar Aguk ada beberapa lilin untuk jaga-jaga jika lampu mati, ada yang kecil dan ada juga yang besar supaya awet. Kuambil Zippo-ku, kunyalakan satu lilin yang kecil. Lidah api menari berputar-putar melelehkan batang lilin yang menahannya. Menembus lidah api itu, kulihat pandangan Bella yang berharap aku hanya bercanda. Kujawab dengan pandangan juga yang menyatakan bahwa aku serius. Segera lilin yang kupegang kumiringkan di atas payudara Bella . Kulihat ekspresi Bella yang memandang lekat batang lilin yang terkena nyala api, pandangannya seolah berharap agar lilin tersebut tidak meleleh atau apinya tiba-tiba mati. Tapi tentu saja itu tidak terjadi, yang terjadi adalah tetesan pertama jatuh dan menetes di atas puting susu Bella sebelah kanan.

“Hhh..” Bella mendesah, punggungnya terlihat bergerak ke atas menahan panas lilin yang meleleh. Tetesan demi tetesan bergerak jatuh, dan Bella terlihat semakin kesakitan karena tetesan tersebut jatuh di tempat bekas pecut dan sabetan ikat pinggangku tadi. Tiba-tiba teman-temanku ikut bergabung, mereka semua memegang lilin bahkan tidak hanya satu tapi tiga atau empat sekaligus. Mereka dengan gembira meneteskan ke bagian-bagian sensitif Bella , seperti buah dada, pusar, sekitar liang kewanitaan dan paha. Kali ini Bella seperti ular kepanasan, dia meliuk-liukkan tubuhnya menahan panas tetesan lilin.

Post Top Ad

Your Ad Spot